Selain Jeffta Handoko, nama Rizki Kurniawan juga naik daun setelah kompetisi seduh kopi manual, Bandung Brewers Cup 2019 (BBrC 2019). Bagaimana perjalanan Rizki berkompetisi di dunia kopi? Simak bincang santai KopiDewa bersama Rizki Kurniawan dan pengalaman yang membawanya menjadi Runner Up BBrC 2019.
Kenapa nih milih kopi? Dan bagaimana sih perjalanan Rizki sampai bergabung dalam komunitas kopi?
Pertama kali itu ketika saya iseng-iseng buka Tokopedia terus lihat ada kopi dengan taste note macam-macam. Ada cokelat, spice sampai karamel. Penasaran kan, “masa sih kopi bisa begini?” Akhirnya nyoba beli karena penasaran.
Saat itu beli dalam bentuk bubuk dan diseduh dengan cara paling standar, tubruk. Tapi kok gak ada rasa coklat, spice atau karamel. Cari tahu lebih lanjut, akhirnya baca-baca artikel kopi di situs Home Ground dan ketemu yang namanya manual brew. Banyak banget list perlengkapan seduh manual dan akhirnya beli alat pertama, Aeropress. Pas coba pakai Aeropress kok jadi asem kopinya terus full body, bikin lagi kok jadi pahit.
Gara-gara itu akhirnya makin tertarik dan mulai beli alat-alat kopi lagi. Sampai akhirnya ambil kelas manual brew di 5758 Coffee Lab dan tidak menyangka kalau variabel kopi itu banyak banget, kirain cuma tuang-tuang aja. Jarak 2 bulan setelah ikut kelas, langsung ikut BBrC 4 di Bandung Creative Hub.
Awalnya semangat ngumpulin alat, tapi sekarang sudah mulai dijualin lagi karena menurut saya alat itu cuma pemoles aja.
Terus pengalaman lomba Rizki Kurniawan sudah apa saja?
Lomba pertama saya itu BBrC 4 tahun 2018. Pengennya sih menang tapi ternyata tidak semudah itu. Sudah bisa masuk 12 besar untuk pengalaman lomba pertama kali juga sudah senang banget.
Setelah itu ikut KKBrC dan Oasis Brewers. Waktu di KKBrC itu sempet ada kejadian yang cukup tidak mengenakkan. Padahal kalau tidak ada kejadian itu mungkin bisa di ranking 4 atau 5 lah. Terus di Oasis Brewers lumayan bisa ranking 1.
Jadi menurut saya sebenarnya setiap lomba itu perbaikan dari lomba-lomba yang sebelumnya. Dilihat apa yang kurang, lalu diperbaiki. Kalau konsepnya kurang menarik, harus cari konsep baru yang lebih menarik untuk lomba selanjutnya.
Persiapan latihan untuk BBrC 5 apa saja? Ada kendala selama lomba?
Untuk persiapan BBrC 5, saya punya tim yang terdiri dari 3 orang. Mas Ijam sebagai mentor open service, Mas Bahrel untuk konsep brewing open service, lalu terakhir ada Mas Rifqi yang mencari taste notes saya. Tugas saya sendiri adalah nyeduh kopi yang benar dan berharap semoga kopinya sesuai harapan.
Kendala muncul dari kopi yang saya pakai, Puntang Black Honey. Di BBrC 5 kemarin saya bawa 14 profile roasting, tapi yang lolos cuma 9. Di tahun 2018 saya sudah coba kopi ini, hasilnya enak dan kompleks. Tapi waktu H-1 sebelum tampil, 9 profile itu mati semua, kita pun akhirnya kebingungan. Malamnya kita coba cupping dan untungnya ada 1 yang mending. Profile yang saya pakai adalah kopinya yang disagrai oleh Albert dan Andrew (Gustavo Roastery dan Papa Mama Roastery).
Ketika compulsory saya pakai resep sendiri dengan Aeropress. Di percobaan pertama nyeduh kopinya sour. Mas Bahrel menyarankan untuk ganti grind size 1 step tapi saya gak ganti soalnya ada ketakutan-ketakutan gitu. Ketika penilaian ternyata benar hasilnya sour banget. Makanya nilai compulsory saya rendah.
Kalau teknik seduhnya sendiri bagaimana?
Alat yang saya pakai adalah Hario Immersion Switch Dripper. Rencana awalnya, pouring awal cuma buat ngebasahin kopinya aja. Coba direndam (immerse) tapi ternyata hasilnya kurang. Mas Bahrel ngasih saran untuk buka dulu katupnya, dan berharap hasilnya lebih enak. Jadi resep akhirnya adalah blooming 45 detik dengan katup terbuka. lalu pouring kedua dengan katup tertutup sampai target air yang diinginkan.
Kunci seduhan saya juga di air yang sudah di-custom sesuai dengan kopi saya. Ada juga yang tanya kenapa langsung nyeduh di atas gelas, bukan di server? Alasan spesifiknya, kopi itu enak diminum dari gelas keramik makanya saya langsung nyeduh ke gelasnya. Alasan realistisnya, saya malas beres-beres server dan juga biar cepat untuk workflow lomba.
Saya juga meminta juri untuk langsung sip (meneguk) dari gelas, tidak pakai sendok cupping. Kopi yang saya seduh, bodinya tipis banget, kalau lewat dicicip pakai sendok tidak akan terasa bodinya. Selain itu saya juga menghindari rasa astringent ketika dingin. sebenarnya banyak yang ngeroastingin tapi cuma 2 itu yang cocok.
Jadi apa rencana selanjutnya?
Untuk pertandingan besar kemungkinan tidak ikut dulu. Tapi kalau untuk throwdown masih akan ikut dan akan banyak belajar lagi sambil coba bermacam-macam kopi jadi tidak cuma tahu kopi yang itu-itu saja.
Apa nih saran Rizki Kurniawan untuk calon kompetitor?
Kita harus tetap belajar, harus punya patokan siapa yang kita lihat. Yang pertama saya lihat adalah Mas Bahrel, saya belajar dari dia, segala macam dari dia. Masukan orang juga harus didengar tapi jangan dijadikan argumen. Intinya jangan selalu merasa ingin menang tapi cari versi terbaik dari diri kita. Dan jangan lupa untuk have fun juga. Kalau kita kalah harus kita evaluasi, dan saat menang jangan merasa di atas awan, tetap evaluasi juga. Terus belajar dan jangan langsung men-judge orang padahal kita juga masih belajar.
Jangan menganggap kompetitor itu musuh tapi buat saya mereka itu teman.