Rama Adam tentunya sudah tidak asing lagi di kalangan para Pengozi. Ya, Rama adalah founder sekaligus owner merangkap roaster dari Kozi Coffee. Sebuah coffee shop terkenal di kota Bandung, yang juga telah memiliki jaringan franchise di seluruh Indonesia. Dan pada tanggal 15 Desember 2019 lalu, Rama berhasil menyabet juara 3 di ajang Bandung Brewers Cup 5 (baca juga wawancara dengan juara 1 dan juara 2). Yuk simak wawancara kru Kopi Dewa dengan Rama Adam.
Bagaimana awal perjalanan Mas Rama dengan kopi?
Dari jaman kuliah saya sudah suka ngopi sambil buat tugas kuliah. Sempat ngalamin naik asam lambung, mungkin karena minumnya kopi saset. Dan akhirnya memutuskan untuk berhenti ngopi.
Sekitar tahun 2011, saat bekerja di Yogyakarta saya kangen sekali dengan kopi dan akhirnya ketemu coffee shop bernama Lagani. Saat itu nyoba cappuccino dan anehnya lambung tidak apa-apa. Akhirnya hampir tiap hari ngopi di situ dan tidak takut ngopi lagi. Sampai suatu hari, saya memutuskan untuk balik ke Bandung karena ada urusan keluarga.
Di Bandung saya bingung mau ngapain dan akhirnya memutuskan bikin coffee shop bareng teman. Tahun 2014 kita coba menawarkan proposal ke investor tapi tidak ada yang berminat. Akhirnya dengan tabungan masing-masing, kita mendevelop spot kecil di Gudang Selatan. Ada uang dikit-dikit kita bangun, dikit-dikit beli peralatan. Dan bulan Desember 2015, Kozi pertama buka di Gudang Selatan.
Nama Kozi sendiri juga sebenarnya plesetan dari bahasa Inggris cozy, yang diucapkan dengan gaya Jepang. KOZI. Supaya beda dan menarik aja kedengerannya.
Nah, alasan mas Rama Adam memutuskan ikutan BBrC 5 apa nih? Ada kendala tidak selama persiapan dan lomba?
Waktu itu anak-anak Kozi mau ikutan lomba dan minta dilatih. Tapi saya sendiri bingung mau latihan kaya apa. Saya yakin soal bikin kopi mereka sudah bisa, tapi bikin kopi untuk kompetisi pasti akan sangat berbeda. Akhirnya saya pun memutuskan ikutan kompetisi, biar tahu bagaimana rasanya.
Setelah pendaftaran BBrC, mulailah saya latihan. Itu pun masih latihan sendiri karena tidak tahu juga harus latihan apa. Latihan dimulai langsung sejak daftar tapi untuk open service saya tidak menyiapkan script apapun. Saya tuh lemah banget di hafalan jadi cuma bikin pointer inti untuk presentasi.
Saya membawa kopi dari Cianjur Typica dengan proses natural. Awalnya nyoba roasting sendiri tapi hasilnya jadi subjektif. Hasil roasting kurang enak tetap dibilang enak. Seminggu sebelum lomba dimulai, Seno (Hungry Bird) datang dan menawarkan roasting kopi untuk kompetisi. Setelah kopi di-roasting, langsung di-cupping dan dicari resep seduhnya.
Cianjur Typica Natural ini punya layer rasa yang luas banget. Jadi untuk teknik seduhnya, saya pakai 5x pouring, kopi 17 gram dengan grind size medium fine, dan air dengan suhu 94 °C. Pola pouringnya 40 ml + 60 ml + 60 ml + 60 ml +60 ml dengan total air 220 mL. Air yang saya pakai adalah Amidis dengan tambahan mineral laut dari Aqua Code untuk mengejar ppm 70.
Ketika di final, saya menyenggol dripper dengan kimono yang saya pakai sampai hampir jatuh. Solusinya, saya bersihkan sambil minta maaf ke juri. Hal Itu terjadi karena saya tidak tenang dan panik.
Menurut saya, hal paling penting ketika kompetisi adalah tetap santai supaya tidak panik ketika di panggung.
Selanjutnya mas Rama Adam mau ikut lomba apa lagi?
Jujur, jadinya saya ketagihan ikut lomba. Rencana paling dekat sih ikutan lomba Commandante di Jakarta (ICPF 2020). Kalau ikut IBrC kayaknya masih belum, mau menambah jam terbang dulu. Tapi rencana tahun depan sih pasti ingin ikut BBrC lagi.
Sekarang mau tanya-tanya tentang Kozi nih. Sudah ada berapa cabang dan gimana suka dukanya?
Sejauh ini Kozi sudah ada 10 cabang. Di Bandung ada 5, Jakarta ada 3, Malang ada 1 dan yang terakhir Bali. Kozi 1 sampai 9 sistemnya kerjasama jadi kita punya brand terus cari investor. Kalau Kozi Bali sudah bukan kerjasama lagi tapi franchise.
Saya lihat budaya sekarang, pelanggan yang loyal di sebuah tempat paling cuma 10%. Sisanya yang suka pindah-pindah ke coffee shop lain mencari suasana baru. Nah, daripada mereka pindah-pindah ke coffee shop orang lain, mending kita bikin Kozi yang suasananya beda-beda, jadi mereka pindah-pindahnya ke Kozi lagi. Di Bandung sendiri ada 5 cabang Kozi yang punya ceritanya sendiri-sendiri.
Perjalanan itu pun tidak selalu lancar. Sempat ada 2 Kozi yang tutup karena disuruh pindah dan juga masalah birokrasi. Tapi saat ini saya masih tidak terbayang Kozi sudah ada 10 cabang yang menjadi tumpuan hidup puluhan orang. Dari yang pertama kali buka saya sendirian yang jalan, sekarang sudah bisa ngasih makan orang.
Ada saran dari mas Rama Adam untuk yang mau buka bisnis kopi?
Jangan lupa bintang utama coffee shop adalah kopi. Sekarang banyak kedai kopi yang suasana enak, instagramable, tapi kopinya tidak proper. Menurut saya kondisi tempat itu nomer 2, nomor 1 tetap rasa kopi.
Sebisa mungkin di bulan pertama owner turun sendiri di operasional agar tahu segala hal dari produksi, keuangan sampai QC produk.